Header Ads


Gerakan Papua Merdeka Tidak Konek Dengan Kehendak Tuhan sehingga Papua Terasa Lama Merdeka


Oleh: Selpius Bobii - 

SUDAH 59 tahun bangsa Papua berjuang untuk kemerdekaan, tetapi sampai detik ini kita tidak mendapatkan apa apa, dan yang kita dapatkan adalah tetesan air mata darah yang tak kunjung berakhir. Kenapa begitu? Jawabannya simpel saja: "bangsa Papua berjuang dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, berjuang dengan mengandalkan kepintaran manusia, berjuang dengan kesombongan kehendak manusia". Para aktifis Papua merdeka menggunakan berbagai metode perjuangan dan berbagai teori perjuangan. Metode dan teori perjuangan yang dipakai selama ini oleh bangsa Papua adalah teori atau metode yang dahulu dipakai oleh para kolonial yang menjajah bangsa bangsa terjajah, termasuk Indonesia. Dan kini Indonesia menggunakan metode dan teori yang sama untuk menjajah bangsa Papua dengan teori "politik devide ed impera" yakni "politik pecah belah dan jajahlah". Dan memang Indonesia sudah berhasil dengan teori itu.

Mana mungkin murid mau mengalahkan gurunya yang lebih dahulu mengetahui metode dan teori itu. Teori dan metode yang dahulu dipakai itu cocok pada jamannya. Sekarang teori dan metode itu tidak relevan, tetapi bagi Indonesia relevan karena teori itu sudah berhasil. Perjuangan kita diperhadapkan dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan yang semakin pesat. Metode dan teori atau strategi kita mudah terpantau atau terbaca melalui jaringan telkomsel atau jaringan digital. 

Teori Marxisme misalnya lebih penekanan pada perjuangan kelas. Teori ini sangat tidak relevan diterapkan di Tanah Papua karena hanya sedikit orang asli Papua yang bekerja di perusahaan perusahaan baik swasta maupun pemerintah. Kebanyakan orang asli Papua bermata pencarian petani dan nelayan. Dan sebagiannya adalah pegawai pemerintah (Pegawai Negeri Sipil). Teori kelas bawah, kelas menengah dan kelas atas sangat tidak efektif dipakai di Tanah Papua. 

Kawan kawan kita yang mendewakan teori Marx perlu evaluasi kembali. Karena teori itu tidak relevan diterapkan di Tanah Papua yang nota bene orang asli Papua yang mayoritas petani atau nelayan. Bukan buruh kasar atau buruh pabrik atau perusahaan, kalaupun ada jumlahnya tidak banyak. Maka strategi pemogokan massal sangat sulit diwujudkan karena di perusahaan atau pabrik pabrik di tanah Papua itu mayoritas para pekerja adalah masyarakat pendatang atau amber. Tetapi hal itu perlu didiskusikan dan dievaluasi kembali.

Teori perjuangan dengan mengedepankan kekerasan, bukan jamannya lagi. Karena zaman sudah berubah. Teknologi sudah canggih memantau setiap gerakan perjuangan kita. Negara Indonesia memantau kita setiap saat melalui agen agen yang sudah dipasang yaitu kaki tangan NKRI. Negara Indonesia juga memantau setiap gerak gerik kita melalui jaringan telkomsel yang konek dengan hand phone (HP) yang kita gunakan. Sehingga informasi pergerakan kita mudah dipantau dan diketahui dengan segera oleh agen agen resmi dan non resmi yang dibentuk oleh Negara Indonesia. 

Media face book, media WA, Mesenger, Twitter, Email, dan lain sebagainya sudah ada kerjasama dengan Kementrian Kominfo Indonesia. Sehingga setiap komunikasi kita mudah dipantau dan diketahui oleh Kominfo. Juga dipantau lewat dron udara. Jadi setiap pergerakan kita mudah saja diketahui oleh agen agen resmi dan non resmi Indonesia karena jaman ini teknologi semakin tinggi. Karena itu strategi perjuangan kita musti dirubah.

Zaman ini berorientasi pada persaingan global. Maka muncullah Blok Barat dan Blok Timur, muncullah G7 yang meningkat menjadi G20. Ada pula berbagai organisasi global yang tujuannya untuk mendapatkan keuntungan ekonomi sebesar-besarnya. Negara negara di dunia juga sudah terbagi dalam kelas negara super maju, negara maju, dan negara berkembang. Ada pula negara negara yang kategori paling miskin. 

Trend akhir akhir ini pada umumnya negara negara di dunia tidak tertarik pada isu isu kemanusiaan, atau isu isu penentuan nasib sendiri. Kalaupun isu isu kemanusiaan itu ditanggapi oleh negara, maka negara itu tentu punya kepentingan tertentu yang ingin dicapai bukan karena terdorong oleh belas kasih akan martabat kemanusiaan. 

Terbukti benar bahwa selama ini isu kemanusiaan di West Papua digunakan oleh negara negara di dunia hanya untuk menggertak Jakarta dalam kerangka mendapatkan sesuatu yaitu meningkatkan kerjasama bilateral atau mendapatkan sesuatu dari Indonesia. Selama ini negara negara di dunia, baik lembaga resmi pemerintah atau non resmi menggunakan isu kemanusiaan Papua untuk memeras Jakarta. 

Indonesia memang dijadikan sebagai sapi perahnya dengan memanfaatkan isu isu kemanusiaan, isu lingkungan, isu toleransi beragama dan isu terkait lainnya. Mereka angkat isu isu ini bukan karena panggilan kemanusiaan, tetapi panggilan kepentingan menggertak Jakarta untuk mendapatkan sesuatu dari Negara Indonesia.  

Tentu kami mengapresiasi bagi negara negara tertentu, baik lembaga resmi pemerintah dan non pemerintah (swasta) di dunia, baik person maupun kelompok yang sungguh sungguh terpanggil untuk menegakkan keadilan dan kebenaran dalam kerangka menegakkan martabat kemanusiaan. Banyak pihak yang telah memberi waktu, tenaga, pikiran, perasaan dan materi, bahkan mengorbankan nyawanya bagi perjuangan kemanusiaan bagi west Papua. Mereka adalah pahlawan pahlawan kemanusiaan yang bangsa Papua kenang untuk selama lamanya. 

Para aktifis Papua merdeka, baik dalam negeri maupun luar negeri harus mengikuti trend politik, ekonomi dan keamanan dunia. Saya memantau gerakan perjuangan kita pada akhir akhir ini merosot tajam terpenjara dalam kepentingan sektoral dan primordial kesukuan atau kelompok, sehingga sangat sulit menyusun kekuatan persatuan nasional yang mampu bertahan menghadapi arus trend global yang semakin berorientasi pada isu ekonomi, politik dan keamanan global. Isu isu kemanusiaan atau penentuan nasib sendiri tenggelam dalam hiruk pikuk global yang memperebutkan peluang kerjasama bilateral atau multilateral untuk meningkatkan kepentingan negaranya atau sekutunya, ketimbang isu isu lainnya. Saat ini kepentingan kerjasama antara negara dengan Indonesia jauh lebih penting, ketimbang isu kemanusiaan atau penentuan nasib sendiri bagi West Papua. Kalaupun ada itu bukan agenda mendesak.

Para aktifis Papua merdeka baik dalam negeri maupun luar negeri, marilah kita merenung sejenak melihat kembali perjalanan pergerakan bangsa Papua. Banyak para aktifis gugur dalam perjuangan ini. Ada yang karena faktor usia tua, mereka meninggal, tetapi banyak aktifis yang punya harapan untuk hidup, pergi mendahului kita menghadap Bapa Yahwe. Rakyat bangsa Papua juga banyak yang mati binasa bagaikan daun berguguran di musim semi karena berbagai penyebab. 

Perjuangan kita hendak bebaskan apa? Apakah hanya bebaskan tanah air Papua? Jika semua orang asli Papua ini mati binasa dalam pangkuan tangan NKRI, lalu siapakah yang akan mewarisi dan mempertahankan tanah air warisan leluhur kita? Perjuangan bangsa Papua adalah pembebasan alam semesta Papua, baik alam, angkasa raya, baik makhluk bernyawa maupun makhluk tidak bernyawa, baik yang terlihat maupun tak terlihat.

Maka itu, sudah saatnya kembalikan perjuangan bangsa Papua ini kepada rel yang dikehendaki oleh Tuhan. Selama ini kita berjuang dengan hikmat duniawi. Sudah saatnya mari kita pakai dengan hikmat dari atas - dari Surga - hikmat Tuhan. Dengan hikmat duniawi, sudah terbukti kita tidak menemukan jalan ke luar dari penindasan ini. Mulut kita mengakui Tuhan, tetapi selama ini kita tidak memahami rencana dan kehendak Tuhan atas Tanah dan bangsa Papua. Tetapi kita belum terlambat, kita masih punya waktu untuk berbenah diri dan menata kembali perjuangan kita.

Selama ini Tuhan menanti kapan bangsa Papua akan menemukan jalan yang dikehendaki-Nya. Bersyukurlah bahwa kini kita sudah menemukan kehendak Tuhan itu melalui pergumulan yang panjang melalui masuk keluar penjara, mati raga doa puasa, pujian dan penyembahan. Tuhan sudah menyingkapkan misteri keselamatan bangsa Papua kepada kami dan juga  kepada para hamba Tuhan tertentu. Misteri itu sudah kami buka kepada publik melalui buku "BERGULAT MENUJU TANAH SUCI PAPUA" yang kami sudah luncurkan pada 1 Desember 2020 di Aula Asrama Tunas Harapan Padang Bulan Jayapura, sekaligus mendeklarasikan "Deklarasi Pemulihan Bangsa Papua Lahir Baru di Dalam Tuhan" dan mengumumkan berdirinya "Kerajaan Transisi Papua" atas perintah dan kehendak Tuhan oleh JDRP2.

Selanjutnya Tuhan memberi kami tanggung jawabkan untuk mempersiapkan bangsa Papua lahir baru di dalam Tuhan yaitu Pertobatan, Perdamaian dengan siapapun dan Persatuan bangsa Papua di dalam kehendak Tuhan. Tugas ini kami JDRP2 jalankan di bawah tema sentral "gerakan pemulihan diri menuju pemulihan bangsa Papua" yang dimulai tanggal 4 Oktober 2020 dan benar benar fokus mulai pada 1 Januari 2021 hingga sampai saat ini. 

Tuhan sudah membuka JALAN, maka tak ada kekuasaan di dunia apapun yang akan menutup JALAN yang Tuhan sudah buka itu. Kini kita berada di depan Pintu Gerbang Emas Timur untuk masuk menikmati susu madu dalam kerangka mempersiapkan jalan bagi Tuhan bergandeng bersama dengan bangsa Israel. Sedikit waktu Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk pemulihan diri yaitu BERTOBAT, BERDAMAI DENGAN SIAPAPUN dan BERSATU di dalam kehendak Tuhan. Jangan kita mengeraskan hati, sebab waktu ini adalah kesempatan emas untuk pemulihan diri (pengudusan diri) atau lahir baru di dalam baptisan api Roh Kudus alias menjadi manusia baru di dalam Kristus Tuhan. 

Sesuai petunjuk Tuhan bahwa hanyalah bagi yang sudah bertobat saja yang akan diizinkan oleh Tuhan untuk masuk menikmati susu madu di Papua Baru - Eden Papua - Tanah Suci Papua. Bagi yang tidak bertobat akan dimusnahkan oleh malaikat pencabut nyawa, dan proses pembersihan orang yang tidak taat atau mengeraskan hati sedang berlangsung dimulai dari tanggal 7 Januari 2019. Jadi jangan kita anggap remeh dengan seruan pertobatan ini. Mari kita bertobat, sebelum terlambat.

Rencana manusia, rencana dunia sedang gagal total. Dan rencana Tuhan yang sedang diwujudkan di atas Tanah Air dan Bangsa Papua dari pulau Gad Sorong sampai Samarai PNG melalui JALAN DAMAI. Mari kita bersatu dalam visi misi Tuhan yang sedang dikawal oleh JDRP2 ini menuju puncak "Kemenangan Iman" atau "Revolusi Iman" indah pada waktu Tuhan.

Akhirnya: "Bagi Tuhan tak ada yang mustahil. Jika Allah di pihak kita siapakah yang akan melawan kita? Barangsiapa bertelinga hendaklah ia mendengar". Atas pertolongan Tuhan, PAPUA PASTI BISA.

Penulis adalah Koordinator JDRP2 Selasa, 22 November 2022

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.