Menulis Tidak Melihat Batasan Umur
Oleh: Yepuni Giyai
Ada
satu orang hidupnya sederhana dan apa adanya saja. Ia adalah penulis muda di
Papua. Ia selalu berupaya tong semua bisa menulis dengan hati. Ia mengajak
kepada orang lain untuk melakukan aktivitas menulis. Iapun masih dalam proses
pembelajaran.
Namun
dalam pemikiran ia bahwa tong harus belajar sama-sama dengan seniorita. Ia
setiap jumat belajar menulis berita dan opini sebagainya bersama sekawan. Ia
naik ke puncak gunung. Disana adalah dimana kampung ia tinggal bersama orang
tua. Disana adalah tempat kelahirannya.
Ia
mengamati keadaan dan suasana disana.
Dalam enam bulan lamanya ia mencoba meliput keadaan disana. Ia bergabung
dengan sekawan disana. Penampilannya ia mengikuti jejak mereka. Kemudian iapun
ikut bergabung dengan keadaan mereka. Ia tetap ikut gaya dan penampilan entah
adat isti adat disana yang sudah lamanya terlupakan.
Mereka
adalah latar belakang ekonominya semaksimal. Tapi ia tetap bertahan disanah. Ia
menerima suasana disana melanjutkan hidupnya.
Ia
pergi mengumpulkan gagasan kembali daerahnya membangun alam dan penghuninya.
Semoga
bermanfaat untuk tong semua. Salam hangat dari tong ana-ana kampung halaman.
Penulis adalah Penulis Mudah Papua, Alumni
Unipa Lulusan Teknik Komputer 2017.
Nabire, Rabu 14 November 2018
Tidak ada komentar
Posting Komentar