Melestarikan Budaya Pemeliharaan Babi Lokal
Cerita
ini sangat menarik juga dan lucu.
Dulu kepala kampung ada babi jantan, jadi
waktu itu masyarakat yang ada babi betina mereka rame-rame setiap hari bawah
datang babi betina yang ingin kawin itu kepada kepala kampung yang ada babi
jantan untuk dikawinkan babi betina itu.
Saya
melihat dulu piara babi dalam kandang jadi muda untuk dikawinkan. Kebung-kebung
juga aman, dalam pagar juga jadi babi juga tidak bisa masuk dalam kandang
kebung itu. Dalam aman. Kebung itu dipagari dengan kayu biasa yang cepat busuk
kasihan juga dong. Namun biasanya bertahan lama. Tapi dia bilang jaman sekarang
piara babi sudah susah, tidak bisa piara dengan baik. Yang punya babi juga
setiap hari hanya jalan-jalan saja tanpa tujuan. Tidak berpikir tong punya
(kita punya) kebung dan tinggal rumah. Kadang biasa misiman babi mati semua.
Mungkin
karna kenah penyakit makan seimbang. Makan orang pu ampas makanan sampah-sampah
makanan yang dibuang dipingiran jalan raya. Kemudian pagar-pagar umum maupun
pagar pribadi juga sudah busuk. Sudah lapuk semua. Sekarang pake kawat saja.
Kedepan tidak tahu mereka (anak-anak kami mereka pake apa ada apa yang terjadi).
Selain,
selamat, saya dengar dari teman saya dia bilang begini; teman, selama ini
tetangga kami disebelah dong ada babi jantan untuk dikawinkan tong punya babi
betina itu, tapi dia tidak bisa kasih. Dia minta uang lagi Rp 1 juta dgn babi
satu ekor. Dia pikir nanti dong yang jadi kaya. Punya pengusaha banyak. Kalo
kami piara babi banyak tetangga kita dong biasa iri lagi. Kemarin siang juga
saya tanya dia masih tetap pegang prinsip seperti orang barat. Jadi tadi pagi
saya keluar ketemu saya punya teman punya rumah biasa pangil (ade) tapi saya
masih dalam perjalanan saya pangil belakos satu
lalu saya kasih naik babi jantan itu, lalu kami pake belakos (kijang
belakang kosong) kembali kerumah saya. Ongkos angkutan saya kasih 350 ribu.
Sopir ini tong bilang ko tunggu depan sini saja, kami cepat kembali kesini.
Hanya kasih kawinkan babi saja. Kandang babi dibelakang sit.
Yang
tinggal dirumah, Setelah dorang (mereka) turung dari belakos, Senang sekali
melihat dong dua, yang kakaya telah siap mau ke kampus ikut mata kuliah PKL
nanti keluar daerah, sambil antar babi jantang dalam kandang babi betina dia
bilang begitu. Sambil mereka turung, salam jabat tangan, dan saya senang sekali
jadi saya tersenyum lansung ketika melihat dong dua, karna samping kita tidak
ada babi jantan. Ada tapi tidak bisa kasih jadi..
Teman
berdua ialah bersaudara, dong dua datang dari jauh tiga kilo dari rumah, mereka
membawa babi jantan ini jadi kami terima dengan baik Tuhan berkati. Mereka dua
satu kampung jadi saya kenal. Kenal jadi kasih uang yang ada saja. Babi betina
ini baru kawin jadi berteriak kesana kesini, babi jantan dan betina baku kejar
kejar sampai sekitar 15 menit kemudian lalu babi betina menerima jantan untuk
kawin tapi itupun butuh help (batuan) dari orang lain.
Biarkan
babi betina dan jantan beristrahat semntara. lalu kami kasih naik diatas
belakos antar kesana (dirumah). Mereka dua kembali kerumah dengan senang senang.
Bersambung....
(Selesai)
Jefri Giyai
Deiyai,
Rabu 14 November 2018
Tidak ada komentar
Posting Komentar