Header Ads


Jangan bicara soal krisis Ekonomi, Tanah Papua memiliki Pangan Lokal

Selama ini saya ikuti banyak media, akun Fb, akun WA, dan sosial media lainnya ramai-ramai posting tentang mengakhawatirnya kebutuhan Ekonomi akan mengalami krisis karena kebijakan pemerintah tutup akses (lockdown) sementara akibat Pandemi covid 19 (Corona) di Tanah Papua.

Serangan Virus Corona (Pandemi Covid 19) memang mendunia sehingga yang menginfeksi lebih dari 2 juta orang di 210 negara. Untuk memutus mata rantai penyebaran virus, sebagian negara melakukan karantina wilayah (lockdown) sementara.  Setelah tiba Indonedia, Seluruh pemerintah se-tanah air mulai bergerak karantina wilayah/daerah masing-masing tutup akses (lockdown) bandara, pelabuhan dan Jalan Darat dan mengizinkan hanya ekspor dan impor sembako dan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Akibat pembatasan sosial banyak orang di Papua mengkhawatirkan krisis ekonomi melanda di bumi Papua. Saya bantah,  Berita-berita dan status Fb seperti itu di Papua tidak kan mengalami krisis Ekonomi. Papua punya Pangan Lokal (Karbohidrat) masih lestarikan. Kami makan bahan pangan lokal seperti Sagu, Ubii, Singkong, Keladi dan ini secara garis besar. Bahan makan lainnya masih banyak. 

Menurut Tejo Wahyu Jatmiko (Koordinator Nasional Aliasnsi Untuk Desa Sejahtera) yang dilangsir media Tirto, menyampaikan bahwa “sebelum ada COVID-19 kita (Indonesia) sudah krisis pangan dan sampai sekarang pola konsumsi masih belum diubah.”
Sedangkan neraca pangan Indonesia secara umum timpang di beban impor, berkelindan dengan profesi penghasil pangan yang terus menurun. Data Kementerian Pertanian menyebut dari tahun 2003 hingga sekarang, Indonesia telah kehilangan sekitar 10 juta petani. Luas lahan sawah dari tahun 2014-2018 ikut berkurang sebanyak 1 juta hektare.

Ini secara pangan nasional Indonesia ia langsirkan. Menurut Kami Orang Papua isi berita itu tidak benar karena kami punya Pangan Lokal. Tahu, tempe, Supermi, sardines, sembako, beras, ini adalah pangan lokal khusus orang Indonesia bukan orang Papua.

Kita baca juga Artikel Opini yang ditulis oleh Ketua KNPB Tuan Victor Yeimo yang berbunyi "Bekerja dan Berbagi". Disitu menggambarkan Hidupkan nilai budaya bekerja dan berbagi bersama-sama. Baca juga himbauan Kepala Biro Politik ULMWP, Bozoka Logo "Kerja, Kerja dan Kerja (Semua Kembali Berkebun). Kita budaya orang Papua adalah Bekerja dan Berbagi itu nilai darah daging kita sejak dahulu.

Orang Papua! Sadar bahwa jika kita bekerja Alam Papua (Mama) akan memberi hasil keringat kita untuk kita nikmati. Jadi jangan pedulikan dengan sembako yang sedang berbagi-bagi oleh Pemerintah Provinsi, Daerah/Kota. Saya mengajak bukan menolak tetapi saya mengingatkan bahwa jangan lupa kembali ke Pangan Lokal sebab saya rasa tidak cukup kebutuhan ekonomi dengan sembako, kepuasan hadir jika kita nikmati Pangan Pokal.

Maka, Mari Mahasiswa, PNS Orang Papua segera menata sistem pangan lokal, membangun kesadaran dan mendorong masyarakat kelolah tanah (kerja kebun) secara komunitas, serta diversifikasi Pangan Lokal Papua sebagai Sosial-Ekonomi yang mandiri tanpa lagi harus bergantung (tertindas/ditipu) pada pangan nasional. Bukan karena takut krisis Ekonomi akibat Covid 19 tetapi harga diri kita.

Demikian Opini yang saya tulis ini semoga bermanfaat bagi Kita Orang Asli Papua (OAP) yang menghuni di Bumi Papua. Sumber foto: tunebedo.blogspot.com


Oleh: Damoye Nor
Dari Nabire, Papua

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.