Dari Dia Pu Hidup
Karya:Yosea Douw
Kota Injil Manokwari,
Minggu 7 April 2019
Kebiasaan pemalas adalah kunci kegagalan untuk kesuksesan
saya dan saudara!
Setian hari
adalah spesial bagi setiap individual yang sangat
hasan untuk merekap dan merenungkan tentang liku-liku sejauh jalan hidup.
Seringkali penulis asumsi berbagai pepata
kata yang melontarkan untuk mengemukai Kehidupannya yakni "hidup ini
pahit, manis, jahat, jalani, syukuri, anuhgra, seni dan banyak pula". Oleh
karena itu, apa kata mereka terkait beberapa kutipan diatas meman hasrat
baginya, karena ini dia pu hidup.
Sedikit dari banyak
orang yang terbetuknya jiwa spritualitas kondisional dalam berbagai aktifitas
organisasi,
sehingga ikut serta dalam bentuk kegiatan apapun secara keharmonisan. Dan mereka sangat
cocok bila ambil bagian dalam kritis berbagai pristiwa pristiwa di muka bumi. Sedangkan intlektual yang tidak serasi keharmonisan,
tidak tepat menggagas situasi yang melanda.
Realita
kalangan manusia dalam fenomena tersebut
terjadi pro dan kotra antara sesama, karena berbeda pandangan yang sebenarnya
tidak seperti yang di pikirkan atas berorientasi masa hidup seseorang. Penyebapnya hanya tinggal tuduh menuduhan sesat.
Gensi dari
kesalahpahaan berdampak fanatik
yang akan menghambat geraknya inisial oknum yang sebenarnya ingin mengeksekusi
sependapat bersama.
Berpikir hal sepeleh ini semaking marak
berkembang jahu menjadi hina diri sendiri,
kerena semuanya terpendam hilang. Sehingga
gender semakin minder terlibat dalam organisasi terutama dalam organisasi
kerohanian (pemalas ke gereja, pemas ikut ibadah rutin perkawanan dll) dan
organ lainpun demikian.
Aktor
utama dalam gensi situasi perkumpulan tersebut yaitu mungkin
termasuk penulis
sendiri.
Aduh...
setidaknya saya harus bicara apa sebenarnya kemalasan aku disisi agama.
Setiap saat pengurus
religi mengelurkan jadwal kegitan atau beribadah, saya berusaha melarikan diri
untuk tidak mengikuti prosesinya,
karena sebelumnya sudah terindokrin dengan keenakan buah bibir yang menjadi tantangan dalam mengembangkan talenta diri.
Kini
saya bingun sebenarnya salah siapa! yah...
ternyata salah sendiri, karena mudah terpengarui.
Disini sekarang saya
sangat mengesal untuk tidak mengikuti kegiatan rohani yang sementara di desak
untuk mengambil bagian demi ketahanan reorganisasi, seketika terjadi politik
praktis dan secara pribadi demi untuk menguatkan iman keperayaan saya.
Politik praktis sedang
berkembang agung dalam religi ketika saya dan generasi mudah papua tidak mengambil
bagian, dari situlah jelas, peluang
besar bagi mereka (orang pendatang atau asing) untuk mengakodir strukturan gereja maunpun berurusan
internal serta externar. Daya ketahanan kita sudah lemah kini hanya tinggal
nonton dan akui atas pekerjanya.
Kian sungguh saya sangat salut
saudar saudari yang sudah relah berkorban menjadi tulang punggung gereja demi melanjut ketahanan hilarki kekuatan gereja kirahnya
diberkati olehNya.
Pertanyan besar bagi
kita yang masih trauma untuk pewaris
gerejawi:
Bisakah,
kita hasrat libatkan diri mentaati dan ikut serta merelahkan pewaris religi
demi kita dan generasi masa depan Papua.
Jawab harus ya, karena kita di tuntut harus menjadi pemuda pegiat gereja.
Kapan
kita kembali proaktif
Orang lain
tidak mungkin datang mengatur oleh karena itu, untuk pengembangan pengetahuan
meski menyerahkan dari diri untuk bangkitkan jiwa, sehingga
saat itulah
kita brada dalam garis penyelamat dari penguasa generasi dan tanah Papua.
Oh
Ini dia pu hidup
Ini kita pu hidup
Dan kita punya
hidup sedang di mengambisi melalui berbagai
cara dan budaya mereka, berjiwa besar kita usahakan menutupi incar pancaran
corak.
Bersambung...
Tidak ada komentar
Posting Komentar