Header Ads


Curhat Mama-Mama Penjual Noken di Depan Taman Gizi Nabire Papua

Oleh : Elias Douw  -  

KAMI masih mengalami banyak hal dalam penjualan Noken entah itu, baik dan buruk kadang kena terik matahari, kena badai hujan, dan lain sebagainya maka sebelum petang hari tiba selalu mereapkan di rumah duluh sebelum sinar matahari menyinari dari timur ke barat untuk melaju ke tempat penjualan Noken di depan taman gizi jalan raya, Oyehe, Nabire, Papua Tengah, pagi jemput siang pukul 6.00 (WP) waktu Papua, Indonesia Timur itu sudah berangkat ke tempat penjualan Noken dan pukul 7.00 WIT kami sudah ada di tempatnya dan mulai mengantungi Noken ke siku yang di buat dari bekas kayu sobetan dari somer,

Perjalanan dari rumah ke tempat penjualan cukup panjang beberapa kilo meter (KM) yang harus kita ke sana maka biaya ongkos untuk ojek juga bisa kena Rp 5000 sampai 2000 ribuh tiap hari, itu juga tertentu dari jaraknya saja antara tempat jualan dan tempat tinggal, biaya ongkos kalau tidak ada kadang pergi jalan kaki ke tempat jualan biar pagi menusuk dingin pada tubuh, entah pulang malam menyelimuti kedinginan dari badai hujan datang untuk menerpa dan membasahi wajah dan tubuh.

"Rumah tempat jualan mama Papua bukan tenda bangunan dari hasil bantuan pemerintah pusat atau pemerintah daerah Pemda di bidang lembaga, keilmuan, pendidikan dan kebudayaan, untuk bantuan stimulan tabungan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) usaha dan mama Papua untuk Noken bantuan bagi mama Papua yang selalu berjualan di jalan raya tidak pernah di perhatikan Pemda ternyata Otonomi Khusus (Otsus) untuk bantuan di bidang masing-masing sudah ada, apa lagi, salah satu bidang atau kepala daerah dari Pemda duduk bersama kami di tempat jualan Noken saja tidak ada.

Berangkali, mereka di anggap bahwa tempat jualan Noken yang kami jual ialah mereka bermakrifat penjualan dalam trali besi karena rumahnya kewita tidak seperti rumah tenda yang kelihatannya keren sepertinya diatas alas tikar lalu jualan terjemur di tempat tertentunya, sebab Noken yang di jahit tong harus kasih gantungkan diatas papan siku," kata Hana Herlina Kotouki ketua kelompok Yagamoudo Agiya Papua (YAP) atau Perempuan Noken Papua, saat berbincang dengan wartawan wagadei.id, usai menerima sertifikat UNESCO PBB seraya cucur air mata di Taman Gizi Oyehe, Sabtu (25/2/23) kemarin.

"Yagamoudo Agiya Papua atau Perempuan Noken Papua di Nabire, taman gizi Oyehe, sejumlah 53 mama Papua yang menjual noken kerajinan tangan, ada belum lagi di tempat lain di lingkungan kota Nabire. Tempat penjualan di buat dari kewita sobetan papan somer. Kemudian, setiap pagi, siang dan sore selalu mengantungkan Noken di papan siku, dan aktivitas sehari-hari mama Papua seraya menjaga atau menunggu pembeli datang untuk membeli Nokennya di bawa terik matahari selalu terpukul di tubuhnya dan badai hujan pun datang untuk guncangkan pondok jualan namun ia tetap saja harus mempertahankan karena usaha untuk berburuh rupiah untuk mencukupi dan melengkapi kebutuhan keluarga.

Titus Pekei, Pencetus Noken Papua di UNESCO PBB 

Uniknya Usaha jualan noken Mama Papua ada merajut noken dari tali kayu yang di sebut dalam bahasa Meeuwo-dide suku Mee (Bebi) dan (Toya) dan tali benang berbagai warna-warni dagangan, maka dalam rajutannya samping kiri dan kanan Nokennya dengan berbagai motif yang di tulis pada Noken seperti Cenderawasih, Peta Papua, dan nama Papua sebagai simbol bahwa ini rajutan kerajinan tangan sendiri sesuai akal budi yang Tuhan berikan kepada mama Papua. 

Rajutan Noken berbagai macam merupakan bukan berdasarkan copy paste, sepertinya rajut dari mesin penjahitan tidak namun dasar pemikiran dari akal pikiran sendiri (mama Papua).

Noken karya kerajinan tangan mama Papua kini diakui dimata Lokal, Nasional bahkan kanca Internasional. Apa lagi Noken Papua sudah terdaftar di UNESCO PBB pada 4 Desember 2012.

"Kini sudah terlihat dimata manusia dunia internasional, nasional, lokal sudah dilihat akui dan bangga karena sebagai salah satu harga diri identitas orang Papua yang harus di angkat atau mempertahankan serta dikenal dunia oleh perempuan Papua melalui kerajinan tangan mama Papua," Kata Titus Pekei pencetus noken Papua di UNESCO PBB

Merajut Noken dari kulit kayu (Bebi) dengan boor benang asing sampai Noken dan karyanya menjadi Noken resmi. Perempuan Papua rajin merajut Noken setiap saat dan suda menajdi aktivitas sehari-hari sehingga Noken menjadi salah satu usaha bagi Mama-mama Papua. (*)

*)Penulis adalah wartawan aktif di portal wagadei.id

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.