Header Ads


Sama Rasa Karsa dan Sama Hak Hidup untuk Bebas Berdaulat di Tanah Papua

RASA adalah kekuatan halus yang menyelimuti dan menyatu dari setiap gambar-gambar atau citraan terhadap segala sesuatu yang membawa kesan, hal ini sering kita namakan perasaan (emosi pribadi). Karsa atau kehendak/tekad adalah kekuatan yang menggerakkan segala Cipta dan Rasa itu menjadi terlaksana (Sumber: Branly).

Rasa damai, rasa tenang, rasa bahagia adalah dambaan setiap insan makhluk hidup. Rasa damai, rasa tenang, rasa bahagia adalah kehidupan yang sesungguhnya. Rasa damai, rasa tenang, rasa bahagia itu hilang ketika dihadapkan pada suasana permusuhan dan kekerasan (konflik).

Dalam situasi hidup yang tidak nyaman, kekacauan dan konflik, kebutuhan manusia yang pertama dan utama adalah kebutuhan rasa aman, tenang. Sehingga orang yang berada dalam situasi konflik akan berusaha mencari perlindungan untuk menyelamatkan diri dari gangguan atau ancaman hak hidupnya. 

Setiap makhluk memiliki naluri untuk terbebas dari gangguan atau ancaman hak hidupnya. Apalagi manusia, jika kehidupannya mengalami goncangan, gangguan atau ancaman, maka setiap insan manusia berusaha mencari jalan ke luar untuk menyelamatkan diri dari gangguan atau ancaman itu. 

Kekuasaan tertinggi atas langit dan bumi serta segala isinya adalah Tuhan Pencipta. Maka itu, Tuhan berdaulat atas segala ciptaan-Nya, bukan manusia yang berdaulat atas ciptaan-Nya. Kekuasaan manusia, entah presiden atau raja atau kaisar apapun bentuknya, kekuasaan manusia itu terbatas pada ruang (tempat), waktu dan lingkup tugas atau fungsi. Sementara kekuasaan Tuhan tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu serta lingkup tugasnya yang tak terbatas atau tak terhingga. 

Ketika insan manusia diperhadapkan dengan rasa ketidak-nyamanan, manusia pasti mencari perlindungan atau pertolongan untuk mengatasinya. Hal itu lumrah karena pada prinsipnya manusia itu pada hakekatnya adalah makhluk sosial. Manusia yang satu membutuhkan manusia yang lain. Itulah kehidupan untuk saling melindungi, saling berbagi, saling menghibur, saling menyelamatkan dan saling membangun kehidupan. 

Dalam konteks kehidupan di Tanah Papua, ketika suku suku di Tanah Papua kontak dengan dunia luar, kenyamanan hidup berangsur angsur terganggu, sampai hingga kini di ambang kehancuran dan kepunahan etnis. Suku suku asli di Tanah Papua mengalami multi krisis. Sehingga berdampak pada ancaman penghancuran ekosistem (ekosida), pemusnahan budaya (etnosida), penghancuran moral akhlak (spiritsida) dan pemusnahan etnis (genosida). 

Prinsip hidup "sama rasa karsa sama hak hidup untuk bebas berdaulat" adalah "suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak" (sumber: wikipedia).

Ada tertulis dalam injil Matius 7:12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Ayat Kitab Suci ini Tuhan Yesus mengajarkan prinsip hidup bersama.

"Sebuah prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah objek atau subjek tertentu" (sumber: wikipedia). 

Prinsip hidup bersama yaitu sama rasa karsa sama hak untuk bebas berdaulat jauh dari harapan, khususnya di Tanah Papua. Semua insan makhluk (keutuhan ciptaan di Tanah Papua) sedang dalam bayang bayang kehancuran dan kepunahan. Rasa damai, tenang dan bahagia hilang lenyap dari hati nurani insan makhluk di Tanah Papua.

Sehingga hati nurani insan manusia di tanah Papua diliputi perasaan takut, cemas, bimbang, ragu, putus asa, putus harapan, hatinya hambar, tersandera dengan berbagai gosip atau stigma, terombang-ambing, pesimis, iri hati, amarah, dengki, curiga, dendam, dan lain sebagainya. 

Hati nurani sebagai pusat kehidupan manusia tersandera atau terpenjara dengan perasaan perasaan yang tidak positif, tidak mendidik, tidak beradab dan tidak produktif, sehingga umat manusia di tanah Papua hidup dalam kekacauan, permusuhan dan kekerasan.

Setiap makhluk yang adalah ciptaan Tuhan itu memiliki manifestasi kedaulatan Tuhan. Merampas hak hidup (tenang, damai, berkembang biak, dan bahagia, dll) berarti merampas kedaulatan makhluk ciptaan yang termanifestasi dari Tuhan Pencipta. 

Dahulu Rakyat Nusantara juga dijajah bangsa Belanda dan Jepang selama 3,5 abad. Kini bangsa Indonesia sedang membalas kejahatan itu kepada bangsa Papua. Penindasan Indonesia terhadap bangsa Papua bagian barat paling kejam  dan sadis di era modern hingga post modern (milenium) ini. 

Setiap kali ada penghinaan, fitnah, caci maki, penyiksaan, pemerkosaan, diskriminasi, ketidak-adilan, dihina, dicemooh, ditangkap, dipenjara karena perjuangan damai, diculik, dibunuh, tanah air dirampas, kekayaan dikuras, dan lain lain; Ketika hal hal itu terjadi, hati nurani kami tersakiti, hati nurani kami terbelenggu, hati nurani kami terluka, dan hati nurani kami tak sanggup menanggung beban penderitaan ini. 

Kedaulatan kehidupan bangsa Papua di bagian barat terpenjara tirani penindasan dan tirani dosa. Tirani ini sudah dan sedang mengancam segala sesuatu yang ada di atas tanah air Papua. Papua tersandera berbagai tirani sehingga bangsa Papua sudah dan sedang berupaya untuk menyelamatkan diri yaitu terbebas dari tirani penindasan dan tirani dosa.

Bangsa Papua punya rasa, punya karsa (kehendak), punya hak untuk hidup bebas berdaulat yang sama dengan bangsa merdeka lain di dunia. Bangsa Papua punya kemauan untuk bebas merdeka, untuk  hidup damai, tenang dan bahagia di tanah leluhurnya, sama seperti bangsa merdeka lainnya di dunia.

Kedaulatan keutuhan ciptaan Tuhan atas Tanah Air dan bangsa Papua terancam hancur dan musnah. Ketika keutuhan ciptaan-Nya diganggu atau terancam, maka tindakan manusia itu melawan kedaulatan Tuhan Pencipta. Maka tentu Tuhan tidak akan pernah diam untuk melakukan sesuatu untuk melindungi dan menyelamatkan keutuhan ciptaan-Nya. 

Tindakan penyelamatan dari Allah itu ditempuh melalui berbagai cara, yaitu melalui musibah alam, atau memakai umat manusia tertentu untuk melakukan tindakan penyelamatan atas ciptaan-Nya yang sedang terancam hancur dan musnah. Karena rancangan Tuhan atas ciptaan-Nya itu 'rancangan damai sejahtera', seperti tertulis dalam kitab Yeremia pasal 29 ayat 11 "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan".

Marilah kita terus berdoa puasa untuk bertobat, berdamai dengan siapapun, dan bersatu di dalam kehendak Tuhan sebagai pra syarat pemulihan bangsa Papua; sambil bekerja dan berdoa memuji menyembah Tuhan menuju Tanah Suci Papua indah pada waktu Tuhan. Ada tertulis: "Bagi Tuhan tak ada yang mustahil." "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" AMIN.

(Mari kita merenung sejenak)

Oleh: Selpius Bobii, Koordinator JDRP2, Jayapura: Minggu, 30 Oktober 2022.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.