Header Ads


Bapa dan Mama Senyum Senyum di Surga


 

Wagadei.com/Oleh: Yosea Dou

Semua manusia tentunya akan dikaruniai anak melalui ayah dan Ibu oleh Tuhan, untuk  berkarya di dunia. Seperti yang lain,yosea juga dilahirkan oleh seorang ibu namun takdir berkata lain,ibunya meninggal sejak ia kecil.

***

SEJAK saya berada di bangku SD YPPK Yotapuga,Lembah Kamuu Dogiyai,Ayah dan I Buku berpamit pulang ke dunia bayangan (meninggal ). Sejak saat itu saya merasa kehilangan harapan hidup dan masa depan.

Kolega-kolegaku datang melambai tangan turut nostalgia,sembari berkata berkata “Akaitai ki bokapi kidiki”? (Ayahmu sudah meninggal ya?).mendengar itu, kucucurkan air mata, dan merasa terpukul. ia  dengan derai airmata di pipinya ia berkata dalam hati, “magika anaitai bokagi” ( Kenapa ayah meninggal )  kata-kata ini saya masih ingat hingga hari ini.

Setelah ayahku, satu tahun kemudian ibupun ikut jejak ayah. Bokai peiyo meemaida mepakoo..yamouwi etimaa beu ( takdir kematian sudah tentu ada dan tak ada manusia satupun yang bisa menolaknya). Akh….Kematian seee.

Dibalik derita ini, tentu banyak perasaan yang timbul dalam hati, bagaimana bisa, saya berpendidikan?. Trapapa, saya belajar saja, saya percaya Tuhan  tidak buta terangi jalanku menuju masa depan yang cemerlang untuk buat papa dan mama bahagia di surga.

kata-kata adalah Doa, maka  Tuhan menjawab Doaku, Ia mendekap  saya  menempuh pendidikan tingkat sekolah dasar di SD YPPK St. Yoseph Widimei, Deiyai, Papua, pada tahun 2008/2009.

***

Saya  semakin bertumbuh besar dan dewasa  karena dibina oleh ayah angkat  (Niko Douw) di emaa owaa Yikauwo Widimei.

Setelah selesai pendidikan sekolah dasar, aku beranjak ke pendidikan sekolah menengah dan menempuh pendidikan di SMP YPPK St. Antonius Nabire.

disana saya bertemu banyak teman, sebagai anak pedalaman,awalnya saya susah berinteraksi dengan teman-teman karena saya belum lancar bahasa Indonesia, tapi saya tidak jadikan itu sebagai beban untuk saya maju. Selain sebagai siswa di sekolah, setiap pulang sekolah saya mendatangi rumah guru untuk membantu mereka kerjakan suatu pekerjaan dengan membabat rumput di pekarangan rumah, mencari dan memberi makan hewan peliharaan, atau berkebun untuk mencari biaya fotocopy pelajaran disekolah. Begitu terus,hingga saya menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMP YPPK St. Antonius Nabire tahun 2012/2013.

***

Tahun 2013, saya Di terima di jurusan Agribisnis Ternak Unggas SMK N1 Nabire. Sejak itu juga, saya diminta menjaga ternak babi milik pastoran KSK Nabire dan membersikan halaman gereja. Lumayan, untuk saya pakai biaya sekolah dan kepentingan lainnya. Sungguh….Tuhan itu baik.

***

Yosea  mengejar jenjang tinggi hanya di PT Universitas Papua UNIPA Manokwari, Papua Barat. Dorongan ini semata-mata mengikuti kata hati yang digerak oleh sang pengarah melalui perantara perantara orang  kudus. Dan juga dorong omku (Kristianus Dou). ia  selagi menganyam pendidikan ilmu politik di semarang “Om, kalau ingin melajutnya pendidikan PT? Kampus terbaik di dipapua, salah satunya UNIPA”Katanya. Akhirnya, karena yosea di terima di jurusan lanjutan dari SMK, sebagai urutan terdepan  (nim 201556010) di Fakultas Peternakan Unipa melalui tes jalur sesama Unipa.

Jujur, jalan menuju meraih gelar sarja S.Pt, banyak lika-liku yang ku hadapi. Waktu terus bergulir, iman tak gentar berkipra menuai ilmu peternakan selama 5 tahun dikampus merah maron. Sejak sejak itu, (alm) ayah-ibu serta wauwa Mabipai pun menghampiriku  untuk menyemangatiku. Terkadang, prihatin mereka ketika saya merana lelah, turut “berderai air mata di lesung buramnya”. Demikian pula teruntuk menjemput tontonan reakasi tersenyum.

Bahagia dan sukacita terlihat pancar dimana suatu kerukunan keluarga berkumpul jadi satu seraya. Keluarga tercinta yang layak bangga yakni kedua paklawan (ayah-Ibu) karena melalui mereka saya lahir  dan bertumbuh di bumi yang fanah ini. Belakangan ini kerinduan untuk kehadiran mereka semakin bertumbuh guna menerima undangan hari spesial lulusan FAPET Unipa.

Tahun ganti tahun,  5 tahun tak terasa. puncak kebahagianku pada 24 Maret 2021 adalah merai cita cita ditingkat fakultas yaitu menerima gelar sarjana S.Pt, melalui acara pelepasan atau Yudisium-Wisuda.

Tanggal 24 Maret 2021 adalah acara yudisium FAPETUNIPA. Undangan mengundang orang tua sudah ditangan. Bingung, kepada siapa mengerahkan surat undangan ini? Entahlah!. Malam sudah larut,mata tak bisa tertutup, hati semakin gersang untuk merenung sentuhan hati perwakilan mendampingi saya pada hari istimewa esok.

Jarum jam dihandphone sudah pukul 04:00 pagi subuh. Tak beta terbaring, aku bergegas berpindah tempat tidur di ruang tamu  yang bebas .  Aku Naikkan doa  kepada Tuhan untuk hadirkan roh ketenangan. Setelah itu, saya tertidur. Tidak lama lagi terkejut bangun dalam dunia mimpi, hendak bercakap cakap dengan kedua paklawanku (alm). Disana mereka tak sedih, justru ikut senyum senyum nampaknya, dan ikut berbahagia.

dimimpi itu mama bilang,

“Jangan bersedih, pengganti kami ada malaikat putih utusan dari surga datang mendampingimu”.  Setelah mendengr perkataannya, saya terkejut terbangun dan terbawa penasaran bahwa akankah esok terjadi itu…?

Pada pagi hari 24/03, bergegas memakai jas hitam, kemeja putih buang dalam, berdasi hitam, dan sepatu hitam. Kii edouu “kaya macam majelis”. Terdegar humor kolegaku. Tiba dikampus, saya menuju rungan sambil menyiapkan sound system dirung Yudisium, sembari menanti nanti kejutan malam tadi (malaikat putih). Tak lama lagi ditengah kerumunan orang banyak, bayangan putih muncul disudut kanan.

Ternyata, seorang wanita yang datang memakai kebaya putih sambil genggam undangan orang tua/wali pada acara Yudisium. Tekejut kaget, kedatang itu wanita idaman (AK), akhirnya lubuk saya reda terpenuhi. Kehadiran sahabat (AK) demi mendamping saya sebagai pengganti  mereka yang terbayang. AK niscaya utusan dari surga layak hadir dalam kehidupan kini dan kelak darikehendak sang pemula seganya, Ugatame. Tuhan selalu hadir menopang kita melalui seluruh orang kudus, dan putranya sehingga hidup kita berjalan selamat.

Di acara wisuda, Pugai penjaga alam, tak ikut pusing dengan kondisi Covid 19 dll. Datang melewati gunung ke gunung, lemba dan lautpun dilewati telah tiba di Manokwari, akhinya ia mendampingi saya selayak Ayah disurga. Akhirnya benak tak kala dibanding acara yudisum. Sudah lengkap, benak ku lega.

Kehidupan manusia dijagat ini tidak setara. Selalu mengada pada berombang ambing yakni ada suka, ada duka. Ada saat untuk senyum, ada juga mengais. Para kaum tua, mudah, miskin, kaya, serta anak piatu pasti dirasakan sama halnya. Oleh sebab itu, melalui tulisan kayalan ini diajak untuk jangan pekecil hati dengan cekaman hidup tetapi bakal berusaha keras, melewatiproses, pasti impian kita terwujud.

Kesimpulan dalam cerita pendek ini adalah kekurangan, kehilangan asupan ayah atau Ibu Tidak membuat jalan hidupmu buntut, jangan mengalah, jangan juga patah semangat tetapi Jadikan kehilangan mereka sebagai motivasi untuk terus maju karena hidup ini keras dan harus di perjuangkan.

Tamat.

Penulis adalah lelaki muda yang sementara tinggal Papua Barat.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.